Viewer

Senin, 15 Oktober 2018

Creepypasta Supir Uber

Supir Uber

Saat itu, malam yang gelap menyelimuti kota.

Aku berusaha berpikir positif. Mungkin saja nanti akan ada gadis cantik yang membutuhkan transportasi untuk pulang ke rumah sehabis berpesta semalaman.

Tiba-tiba notifikasi aplikasi Uberku berbunyi. Ada seseorang yang memesan Uber.

“Akhirnya ada juga,” ucapku sambil mnegarahkan mobilku ke lokasi tujuan.

Aku menelepon calon penumpangku, “Halo, saya Zeky, supir Uber anda…”

Terdengar suara orang menggumam, “Hmmm… Hmmm…” Aku terdiam sejenak.

“Permisi, apakah sudah benar lokasi penjemputannya?” Aku kembali bertanya.

Suara menggumam itu kembali terdengar “Hmmm… Hmmm…”

Terdengar ocehan di seberang telepon yang mengomel agar aku segera cepat datang.

“Baik, tunggu sebentar ya, bu.”

Aku segera memutarkan mobilku ke tujuan.

“Duh, kiranya mobilku ini mobil Batman apa,” gerutu ku dalam hati.

Hujan gerimis membasahi kota malam itu.

Aku mengendarai mobilku sepanjang jalan, berharap akan ada penumpang yang memesan Uber di tengah malam pada pukul satu pagi.

“Ah, itu gila, mana ada yang memesan Uber di jam-jam seperti ini,” aku mengomel dalam hati.

Perasaanku menjadi tidak enak. Namun aku membutuhkan tambahan poin untuk mendapatkan bonus dari Uber.

Aku kembali melihat lokasi penjemputan yang akan kutuju.

“Inti Mall Plaza” Demikian nama lokasinya. Aku melihat alamatnya, ternyata di dekat sini saja.

Aku segera mengarahkan mobilku menuju lokasi tersebut.

Sesampainya di sana, aku melihat sebuah pusat perbelanjaan yang belum pernah kudatangi sebelumnya.

Aneh, suasananya sangat ramai seperti saat akhir pekan, padahal saat ini sudah hampir pukul dua pagi.

Aku kembali berpikir positif. Kota ini adalah kota yang sangat sibuk dan banyak kehidupan di malam hari.

Tiba-tiba seorang gadis muncul di samping mobilku. Ia mengetukkan jari-jari kecilnya di kaca mobilku. Aku hanya bisa melihat sedikit dari wajahnya.

Wajahnya manis dan cantik, namun pucat dan tidak dilapisi oleh make-up. Aku membukakan pintu mobilku.

“Apakah anda Vivy Falisa?” Tanyaku kepadanya.

Ia hanya mengangguk pelan. Perasaanku semakin tidak enak ketika ia memasukki mobilku, seakan tidak ada orang yang masuk ke dalam mobilku itu.

Tidak ada berat dan tidak ada goyangan ketika ia duduk di kursi belakang.

Aku melihat lokasi yang dituju oleh gadis itu. “St Paul Marry”, sebuah gereja kecil dengan pemakaman yang mengitarinya. Jantungku semakin berdegup kencang. “Untuk apa seorang gadis pergi ke gereja pada jam segini,” pikirku sejenak.

Aku tak berani melihat ke belakang selama perjalanan. Suasana benar-benar sangat dingin dan mencekam. Gadis itu masih menggumam terus-menerus tanpa henti, “Hmmm… Hmmm…”

Aku tak berani membayangkan. “Bagaimana jika ia mencekikku dari belakang?!”

Aku kembali berpikir positif, mungkin untuk terakhir kalinya aku benar-benar berpikir. “Mana ada hantu yang bisa memesan Uber? Apakah teknologi mereka sudah secanggih itu? Haha,” aku tertawa dalam hati.

“Tidak mungkin,” pikirku.

Akhirnya setelah perjalanan malam yang sangat mencekam, kami sampai juga di St Paul Marry.

Tangan gadis itu menepuk pundakku dengan halus. Aku berkeringat dingin saat ia melakukan itu dan tidak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan padaku. Ia menyerahkan sejumlah uang kepadaku dan mengucapkan terima kasih dengan suara yang serak dan lemah.

Ia keluar dari mobilku. Aku melihatnya berjalan ke arah pemakaman tersebut.

Tidak sempat terbesit dalam otakku, gadis itu memasuki salah satu kuburan yang ada di sana.

Aku melihat nama di batu nisan tersebut, “Vivy Falisa”.

Aku langsung menginjak gas dan segera melaju pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang. Keringat dingin membasahi tubuhku.

Aku segera menelepon istriku.

“Sayang, aku punya cerita yang sangat menyeramkan nih. Tadi barusan aku mengantar hantu ke pemakaman. Sungguh mengerikan, apalagi saat ia masuk ke dalam kuburan yang ada di sana,” aku menceritakan kejadian tadi kepada istriku.

Terdengar suara isak tangis istriku. Dia terdengar sangat sedih.

“Zaky, jangan menghubungiku lagi. Ka… Kau kan sudah mati,” ucapnya dengan nada terbata-bata.

Aku menjatuhkan ponselku.

Tiba-tiba aku teringat bahwa aku sudah meninggal setahun yang lalu.

Saat itu musim hujan di kota dan aku sedang bekerja sebagai supir Uber. Mobilku tergelincir saat membawa penumpang. Penumpangku selamat, namun tidak denganku. Aku meninggal di tempat.

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah tangan memegang pundakku.

“Kem… Kembalianku mana.”


~TAMAT~

Tidak ada komentar: