Supir Uber
Saat
itu, malam yang gelap menyelimuti kota.
Aku
berusaha berpikir positif. Mungkin saja nanti akan ada gadis cantik yang
membutuhkan transportasi untuk pulang ke rumah sehabis berpesta semalaman.
Tiba-tiba
notifikasi aplikasi Uberku berbunyi. Ada seseorang yang memesan Uber.
“Akhirnya
ada juga,” ucapku sambil mnegarahkan mobilku ke lokasi tujuan.
Aku
menelepon calon penumpangku, “Halo, saya Zeky, supir Uber anda…”
Terdengar
suara orang menggumam, “Hmmm… Hmmm…” Aku terdiam sejenak.
“Permisi,
apakah sudah benar lokasi penjemputannya?” Aku kembali bertanya.
Suara
menggumam itu kembali terdengar “Hmmm… Hmmm…”
Terdengar
ocehan di seberang telepon yang mengomel agar aku segera cepat datang.
“Baik,
tunggu sebentar ya, bu.”
Aku
segera memutarkan mobilku ke tujuan.
“Duh,
kiranya mobilku ini mobil Batman apa,” gerutu ku dalam hati.
Hujan
gerimis membasahi kota malam itu.
Aku
mengendarai mobilku sepanjang jalan, berharap akan ada penumpang yang memesan
Uber di tengah malam pada pukul satu pagi.
“Ah,
itu gila, mana ada yang memesan Uber di jam-jam seperti ini,” aku mengomel
dalam hati.
Perasaanku
menjadi tidak enak. Namun aku membutuhkan tambahan poin untuk mendapatkan bonus
dari Uber.
Aku
kembali melihat lokasi penjemputan yang akan kutuju.
“Inti
Mall Plaza” Demikian nama lokasinya. Aku melihat alamatnya, ternyata di dekat
sini saja.
Aku
segera mengarahkan mobilku menuju lokasi tersebut.
Sesampainya
di sana, aku melihat sebuah pusat perbelanjaan yang belum pernah kudatangi
sebelumnya.
Aneh,
suasananya sangat ramai seperti saat akhir pekan, padahal saat ini sudah hampir
pukul dua pagi.
Aku
kembali berpikir positif. Kota ini adalah kota yang sangat sibuk dan banyak
kehidupan di malam hari.
Tiba-tiba
seorang gadis muncul di samping mobilku. Ia mengetukkan jari-jari kecilnya di
kaca mobilku. Aku hanya bisa melihat sedikit dari wajahnya.
Wajahnya
manis dan cantik, namun pucat dan tidak dilapisi oleh make-up. Aku membukakan pintu mobilku.
“Apakah
anda Vivy Falisa?” Tanyaku kepadanya.
Ia
hanya mengangguk pelan. Perasaanku semakin tidak enak ketika ia memasukki mobilku,
seakan tidak ada orang yang masuk ke dalam mobilku itu.
Tidak
ada berat dan tidak ada goyangan ketika ia duduk di kursi belakang.
Aku
melihat lokasi yang dituju oleh gadis itu. “St Paul Marry”, sebuah gereja kecil
dengan pemakaman yang mengitarinya. Jantungku semakin berdegup kencang. “Untuk
apa seorang gadis pergi ke gereja pada jam segini,” pikirku sejenak.
Aku
tak berani melihat ke belakang selama perjalanan. Suasana benar-benar sangat
dingin dan mencekam. Gadis itu masih menggumam terus-menerus tanpa henti, “Hmmm…
Hmmm…”
Aku
tak berani membayangkan. “Bagaimana jika ia mencekikku dari belakang?!”
Aku
kembali berpikir positif, mungkin untuk terakhir kalinya aku benar-benar
berpikir. “Mana ada hantu yang bisa memesan Uber? Apakah teknologi mereka sudah
secanggih itu? Haha,” aku tertawa dalam hati.
“Tidak
mungkin,” pikirku.
Akhirnya
setelah perjalanan malam yang sangat mencekam, kami sampai juga di St Paul
Marry.
Tangan
gadis itu menepuk pundakku dengan halus. Aku berkeringat dingin saat ia melakukan
itu dan tidak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan padaku. Ia
menyerahkan sejumlah uang kepadaku dan mengucapkan terima kasih dengan suara
yang serak dan lemah.
Ia
keluar dari mobilku. Aku melihatnya berjalan ke arah pemakaman tersebut.
Tidak
sempat terbesit dalam otakku, gadis itu memasuki salah satu kuburan yang ada di
sana.
Aku
melihat nama di batu nisan tersebut, “Vivy Falisa”.
Aku
langsung menginjak gas dan segera melaju pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang.
Keringat dingin membasahi tubuhku.
Aku
segera menelepon istriku.
“Sayang,
aku punya cerita yang sangat menyeramkan nih. Tadi barusan aku mengantar hantu
ke pemakaman. Sungguh mengerikan, apalagi saat ia masuk ke dalam kuburan yang
ada di sana,” aku menceritakan kejadian tadi kepada istriku.
Terdengar
suara isak tangis istriku. Dia terdengar sangat sedih.
“Zaky,
jangan menghubungiku lagi. Ka… Kau kan sudah mati,” ucapnya dengan nada
terbata-bata.
Aku
menjatuhkan ponselku.
Tiba-tiba
aku teringat bahwa aku sudah meninggal setahun yang lalu.
Saat
itu musim hujan di kota dan aku sedang bekerja sebagai supir Uber. Mobilku
tergelincir saat membawa penumpang. Penumpangku selamat, namun tidak denganku.
Aku meninggal di tempat.
Tiba-tiba,
aku merasakan sebuah tangan memegang pundakku.
“Kem…
Kembalianku mana.”
~TAMAT~